Jakarta, 15 Februari 2007
Raffa sayang,
Kemaren hari Valentine atau Hari Kasih Sayang, bertepatan dengan hari Rabu, hari rating di kantor Bunda. Sebenernya Bunda ga terlalu ngerayain Valentine ini, krn bukan budaya yang islami, mungkin karena asal-usulnya. Tapi bagi Bunda, ambil sisi positif-nya aja, ga terlalu penting asal-usulnya, yang paling penting maknanya. Jika ada satu hari khusus untuk kasih sayang, kenapa harus kita abaikan. Memang sih untuk menunjukkan kasih sayang ga perlu hari tertentu, tiap hari kita harus menunjukkan kasih sayang kepada semua orang, khususnya orang-orang terdekat kita. Seperti Bunda yang tiap hari menunjukkan kasih sayang sama Ayah dan juga Raffa. Tapi hari ini baik juga bagi Bunda untuk memikirkan udah cukupkah kasih sayang yang selama ini Bunda berikan untuk orang-orang yang Bunda sayangi. Seberapa ikhlas Bunda meberikan kasih sayang itu, dan apa kasih sayang yang Bunda berikan udah tepat dan diterima dengan baik. Kan bisa aja kita bermaksud memberikan kasih dan sayang kita sama orang lain, tapi karena caranya ga baik, atau maksudnya ga kesampaian, semuanya jadi percuma. Yang terjadi bisa aja malah kesedihan atau pertengkaran.
Bagi Bunda pemberian kado pas Valentine, yang biasanya itu berupa bunga atau coklat, itu hanya simbol dari sebuah ungkapan. Tapi sebuah symbol itu ga bisa dianggap remeh. Simbol itu bisa merupakan wujud dari sesuatu yang tersirat. Dalam hal ini bisa aja yang tersirat itu adalah kasih sayang. Kalo ga ada symbol itu, bisa jadi kasih sayang itu menjadi sulit untuk diungkapkan. Mungkin ga semua orang sulit untuk mengungkapkan kasih sayang, tapi bagi sebagian yang lain susah sekali. Maka, symbol ini menjadi sangat bermakna. Tapi Bunda juga ga selamanya bisa menerima ungkapan kasih sayang itu melalui sebuah barang. Dalam mengungkapkan kasih sayang, kata-kata bisa menjadi tak bermakna, asal bisa digantikan dengan perhatian, sentuhan, atau hanya sebuah kecupan. Tapi kata-kata juga bisa menjadi sangat bermakna bila mungkin kita merasa sudah jemu dengan symbol dan merasa perlu pengukuhan dengan kata-kata. Kata-kata yang diperlukan juga ga perlu panjang dan bertele-tele, apalagi sampai ngegombal. Yang penting kata-kata itu bisa menyejukkan, menentramkan, membahagiakan dan yang pasti bisa memekarkan kasih dan sayang itu sendiri. Dengan kata-kata atau tanpa kata-kata, semua bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisinya dan harus seimbang.
Pagi kemaren, Bunda kasih coklat buat Ayah. Sehari sebelumnya Bunda bingung, beliin sesuatu buat Ayah ato cuma memngungkapkan dengan kata-kata. Tapi Bunda ga bisa merangkai kata-kata, betapa Bunda mencintai dan menyayangi Ayah. Bunda tau ga bisa tiap hari mengungkapkan kata cinta, Bunda hanya bisa memberikan perhatian yang menunjukkan rasa sayang Bunda buat Ayah. Walau kadang wujud perhatian Bunda malah membuat Ayah kesal. Mungkin cara Bunda yang salah atau mungkin perhatiannya salah di waktu yang salah. Begitu juga mungkin Ayah ke Bunda. Keadaan2 seperti ini mungkin bisa menyebabkan perhatian yang merupakan wujud kasih sayang itu menjadi salah makna atau malah bisa membuatnya semakin pudar. Karena itulah Bunda sangat menghargai satu hari itu, Valentine atau Hari Kasih Sayang, sebagai momentum untuk merenungkan, mengungkapkan dan memperbaiki semua. Mungkin kalau ga ada hari seperti ini, pertengkaran atau kehilanganlah yang bisa menyadarkan kita bahwa kasih sayang itu sangat berharga. Jadi kenapa kita harus menunggu hal yang jelek itu untuk menyadarkan kita akan pentingnya kasih sayang jika ada hari yang baik ini?
Bunda akan selalu menyayangi Ayah dan Raffa, dan akan selalu berusaha mewujudkannya dengan kasih sayang itu sendiri.
With Love,
Bunda.
No comments:
Post a Comment